4. Raja Nebukadnezar: “Berkatalah ia kepada Daniel: ‘Daniel, hamba Allah yang hidup, Allahmu yang kau sembah dengan tekun, telah sanggupkan ia melepaskan engkau dari singa-singa itu’? Lalu kata Daniel kepada raja: ‘Ya Raja, kekallah hidupmu! Allahku telah mengutus malaikatnya untuk mengatupkan mulut-mulut singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapanNya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan” (Daniel 6:21-23).

5. Tentang Yusyah: Di dalam Perjanjian Lama dikatakan: “Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan hidup sama seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri” (II Raja-raja 22:2).

6. Zakharia dan isterinya: Tentang keduanya dalam Injil ditulis: “Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak tercacat” (Lukas 1:6).

7. Raja Hizkia: Bibel menyebut tentang raja ini:

  1. “Ia percaya kepada TUHAN, Allah Israel, dan di antara semua raja-raja Yehuda, baik yang sudah dia maupun yang sebelumnya, tidak ada lagi yang sama seperti dia. Ia berpaut kepada TUHAN, tidak menyimpang dari pada mengikuti Dia dan ia berpegang kepada perintah-perintah TUHAN yang telah diperintahkanNya kepada Musa. Maka TUHAN menyertai dia; ke manapun juga ia pergi berperang, ia beruntung. Ia memberontak kepada raja Asyur dan tidak lagi takluk kepadanya” (II Raja-raja 18:57).
  2. “Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdo’a kepada TUHAN, ia berkata: “Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapanMu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mataMu” (Yesaya 38:2,3).

8. Samson bin Monaheh: Sebelum lahir malaikat telah memberikan kepada ibunya kabar suka tentang kelahirannya dalam kata-kata yang terang dan jelas sebagai berikut:

“Oleh sebab itu, peliharalah dirimu, jangan minum anggur atau minuman yang memabukkan dan jangan makan sesuatu yang haram. Sebab engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki; kepalanya takkan kena pisau cukur, sebab sejak dari kandungan ibunya sampai pada hari matinya anak itu akan menjadi seorang nazir Allah” (Hakim-Hakim 13:4-7).

9. Samuel Nabi: Di hadapan seluruh Bani Israel mengemukakan kesuciannya sebagai tantangan menguji kebenarannya dan orang-orang menjadi saksi atas kesuciannya itu seperti berikut:

“Di sini aku berdiri, berikanlah kesaksian menantang aku di hadapan TUHAN dan di hadapan orang yang ku-urapiNya…Dari tangan siapakah telah kuterima sogok sehingga aku harus tutup mata? Aku akan mengembalikannya kepadamu” Jawab mereka: “Engkau tidak memeras kami dan engkau tidak memperlakukan kami dengan kekerasan dan engkau tidak menerima apa-apa dari tangan siapapun.” Lalu berkatalah ia kepada mereka “TUHAN menjadi saksi kepada kamu dan orang yang diurapiNya pun menjadi saksi kepada kamu, bahwa kamu tidak mendapat apa-apa dalam tanganku.” Jawab mereka: “Dia menjadi saksi” (Samuel 12:3-5).

10. Simon. Penulis Lukas mengatakan tentang dia: “Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya” (Lukas 2:25).

11. Yusuf, suami Maryam. Tentang dia Injil menyebutnya dengan kata suci Dikatakan: “Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulis hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam” (Matius 1:19).

Saya mengemukakan nama-nama tokoh-tokoh tersebut di atas sebagai sekadar contoh. Masih banyak yang lain, Nuh, Daniel, dan Ayub a.s.; tentang mereka dikatakan:

“Hai anak manusia, kalau sesuatu negeri berdosa kepadaKu dengan berobah setia dan Aku mengacungkan tanganKu melawannya dengan memusnahkan persediaan makanannya dan mendatangkan kelaparan atasnya dan melenyapkan dari negeri itu manusia dan binatang, biarpun di tengah-tengahnya berada ketiga orang ini, yaitu Nuh, Daniel, dan Ayub, mereka akan menyelamatkan hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka, demikianlah firman Tuhan ALLAH” (Yehezkiel 14:13,14).

Pembaca yang budiman.

Uraian di atas adalah ringkasan kepada kesaksian yang saya kemukakan di dalam diskusi tersebut. Sekarang saya akan menguraikan diskusi yang terjadi di antara kami, kedua belah pihak dalam bentuk soal jawab.

Kristen: Adam telah melanggar hukum. Dia makan buah pohon terlarang. Oleh karena itu, sekarang siapa yang lahir dari keturunan Adam jadi berdosa. Karena itu kecuali Almasih semua manusia berdosa. Almasih tidak dilahirkan secara nutfah (bibit) laki-laki.

Ahmadi: Saya tidak beriktikad Hadhrat Adam itu berdosa. Tetapi, kalau kita andaikan Adam berbuat dosa, bagaimana mungkin semua orang harus menanggung dosa?

Kristen: Karena mereka lahir dari Adam dan mereka putra-putranya.

Ahmadi: Mempunyai pikiran seperti itu sangat tidak adil dan aniaya terhadap kemanusiaan. Selain itu kepercayaan seperti itu pun tidak selaras dengan Alkitab. Adam yang berbuat dosa, lalu keturunannya menanggung beban dosa sampai kiamat. Dalam Bibel tegas-tegas dikatakan:

  1. “Jangan ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah juga anak dihukum mati karena ayahnya; setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri” (Ulangan 24:16).
  2. “Tetapi anak-anak mereka tidak dihukum mati olehnya, melainkan ia bertindak sesuai dengan apa yang tertulis dalam Taurat, yakni kitab Musa, di mana TUHAN telah memberi perintah: ‘ Janganlah ayah mati karena anaknya, melainkan setiap orang harus mati karena dosanya sendiri.” (II Tawarikh 25:4).
  3. “Pada waktu itu orang tidak akan berkata lagi: Ayah-ayah makan buah mentah, dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu, melainkan: Setiap orang akan mati karena kesalahannya sendiri; setiap orang yang makan buah mentah, giginya sendiri menjadi ngilu” (Yeremia 31:29,30).
  4. “Sungguh, semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati.” (Yehezkiel 18:4).
  5. “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya. Tetapi jkalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapanKu serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia idak akan mati. Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat lagi terhadap dia; ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya” (Yehezkiel 18:20-22).

(Catatan: Bapak Pendeta itu benar-benar tidak dapat menjawab argumentasi ).